background

Senin, 18 April 2016

Pemeriksaan Visus

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
PEMERIKSAAN VISUS

 

 

DOSEN PEMBIMBING :
LUKMAN SUPRIYANTO,S.FARM.,Apt,M.H
DISUSUN OLEH :
NAMA : Muthmainah
NPM : 1115003261

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
                                                          2016
                                       

                                  Pemeriksaan Visus

I.tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan dan perhitungan visus

II.Dasar teori
Visus (ketjamn penglihatan) adalah ukuran berapa jauh dan detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata.sehingga visus dapat disebut sebagai fisiologi mata yang paling penting.ketajaman penglihatan didasarkan pada prinip tentang adanya daya pisah minimumyaitu jarak yang paling kecil antra 2 garis yang masih mungkin dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2 garis.  (Muniati dkk.2010)
   Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi,seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas,titik ini merupakan titik didalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat.pada emetropia,pungtum remotum terletak didepan mata (ilyas,2004 dalam gita.2009)
    Ada 2 macam visus yaitu :
1.visus contraksi/centralis
a.visus centralis jauh :ketajaman penglihatan untuk melihat benda yang jauh letaknya.disini mata tidak mngatakan akomodasi ,benda sinar sudah dapat jatuh pada reina/fovea centralis

b.visus centralis dekat :ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yng dekat.misal : membaca,menjahit
Disini , mata berakomodasi supaya bayangan benda yang dilihat jatuh pada retina.
2.visus perifer
Diperiksa dengan perimeter.
Yang penting dari visus perimeter ini adalah luasnya penglihatan.fungsi’’visus perifer adalah :
-orientasi : kemampuan untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya
-pertahanan tubuh : misalnya kita melihat ular yang menggigit kita,kita melihatnya.
Secara klinik kelainan refraksi adalah akibat kerusakan ada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa. Kelainan refraksi yang sering dihadapi sehari-hari adalah miopia, hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisma.
a)    Miopi
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Miopia tampak bersifat genetika, tetapi pengalaman penglihatan abnormal seperti kerja dekat berlebihan dapat mempercepat perkembangannya. Cacat ini dapat dikoreksi dengan kacamata lensa bikonkaf (lensa cekung), yang membuat sinar cahaya sejajar berdivergensi sedikit sebelum ia mengenai mata (Ganong, 2002).
b)   Hipermetropia
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan estropia atau juling ke dalam (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Cacat ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata lensa cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam memperpendek jarak fokus (Ganong, 2002)
c)  Astigmatisma
Kelainan refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur disebut astigmatisma. Pada penderita astigmatisma, sistem optik yang astigmatismatik menimbulkan perbesaran atas satu objek dalam berbagai arah yang berbeda. Satu titik cahaya yang coba difokuskan, akan terlihat sebagai satu garis kabur yang panjang. Mata yang astigmatisma memiliki kornea yang bulat telur, bukannya seperti kornea biasa yang bulat sferik. Kornea yang bulat telur memiliki lengkung (meridian) yang tidak sama akan memfokus satu titik cahaya atau satu objek pada dua tempat, jauh dan dekat. Lensa yang digunakan untuk mengatasi astigmatisma adalah lensa silinder. Tetapi pada umumnya, di samping lensa silinder ini, orang yang astigmatisma membutuhkan juga lensa sferik plus atau minus yang dipasang sesuai dengan porosnya (Youngson, 1995 dalam Gita, 2009).
“presbiopi” ini fisiologis.jadi,tidak termasuk anomaly refraksi.pada umur 40 th,daya presbiopi 1D,setiap tambah lagi 10 th tambah 1D.maksimal 3D karena jarak baca 30cm (D=1/f meter).
Rumus perhitungan visus =
V = d/D
Keterangan :
V = visus
d = jarak optotype dengan probandus
D = angka disamping deretan huruf pada optotype yang terkecil yang masih bisa dibaca probandus (Anonim.2016)

III. Alat dan Bahan
1.Alat :
a.optotype snellen
b. pulpen
c.buku/kertas catatan
d. penggaris
2.bahan
a.probandus (10 probandus)



IV. Cara kerja
1.siapkan optotype snellen dan probandus
2.probandus duduk pada jarak 6m dari optotype
3.mata probandus diperiksa satu persatu ,mata yang tidak diperiksa ditutup.
4.kemudian pemeriksa menunjuk uruf huruf pada deretan yang       paling atas pada optotype snellen
5.pemeriksa menunjuk huruf huruf pada optotype snellen semakin kebawah,sampai probandus tidak dapat membaca lagi.
6.catat hasil pemeriksaan visus


No.
Probandus
(kelamin)
Usia
(th)
Jarak
(d)
Jarak huruf
kiri
Jarak huruf
(kanan)
Visus
Mata
kanan
Visus
Mata
kiri
keterangan
1
Probandus I (Pr)
18
6m
15
20
6/15
6/20
Normal
2
Probandus II (pr)
18
6m
120
120
6/120
6/120
Miopi
3
Probandus III (lk)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal
4
Probandus IV (pr)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal
5
Probandus V (pr)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal
6
Probandus VI (pr)
19
6m
20
25
6/20
6/25
Kanan = normal,kiri = miopi
7
Probandus VII (pr)
18
6m
20
20
6/20
6/20
Normal
8
Probandus VIII (pr)
22
6m
20
25
6/20
6/25
Kanan = normal
Kiri = miopi
9
Probandus IX (pr)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal


Keterangan : D dari 20-15 masih dikatakan normal
                    D dari 25-200 dikatakan miopi
Pr = perempuan
Lk = laki laki



VI. pembahasan
   Pada praktikum kali ini melakukan tes visus (ketajamn penglihatan) yang berarti ukuran,berapa jauh,dan detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata. (muniati,dkk.2010)
          Dalam praktikum in disiapkan 9 probandus dengan usia dan jenis kelamin yang berbeda,agar data yang dihasilkan bervarian.sehingga dapat membedakan anatra yang normal dan tidak.faktor dari berkurangnya ketajaman penglihatan itu sendiri antara lain :
Waktu papar,umur/usia seseorang,karena kuat penerangan atau pencahayaan nya serta karena kelainan refraksi.
     Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan menggunakan optotype snellen yaitu sebuah ukuran kuantitatif .suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol simbol yang berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak jarak yang telah distandarisasi serta ukuran yang bervariasi.ini adalah pengukuran funsi visual yang tersering digunakan dalam klinik.
Optotype snellen ini terdiri atas deretan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar.huruf yang teratas adalah yang paling besar dan makin kebawah semakin kecil.
     Pemeriksaan visus ini mula mula probandus diperkenankan untuk duduk dengan jarak 6m dari optotype snellen.kemudian probandus menutup salah satu matanya yang tidak diperiksa.karna pemeriksaan ini dilakukan satu  persatu mata secara bergantian.pemeriksa menunjuk deretan huruf huruf pada optotype snellen dari atas sampai kebawah sampai probandus tidak dapat melihat lagi huruf tersebut.
     Probandus harus membaca pada jarak 6m,karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadadn beristirahat dan tanpa akomodasi.dan ada jarak 6m nilah mata normal mampu menangkap bayangan benda agar jatuh tepat pada retina mata.
     Pada praktikum ini probandus I,III,IV,V,VII.&IX visusnya dinyatakan normal.pada probandus II visusnya dnyatakan miopi dan pada probandus VII dan VII pada mata sebelah kananny normalteteapi pada mata kirinya miopi.
     Pada jarak huruf (D) 20-15 probandus dinyatakan normal,tetapi pada jarak huruf (D) dari 25-200 dinyatak miopi.
Cara mengatasi miopi seseorang dapat menggunakan kaca mata lensa cekung (kaca mata minus)yang akan membantu mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina.


VII.kesimpulan
     Maka,berdasarkan pemerisaan hasil visus menggunakan optype snellen ini,probandus I,II,IV,V,VII,dan IX dinyatakan normal.
Probandus II dinyatakan miopi dan probandus VI,dan VII dinyatakan mata kanannya normal sedangkan mata kirinya miopi.


   VIII. Daftar pustaka
Anonim.2016.buku petunjuk praktikum.universitas pekalongan:pekalongan
Edi.S.affandi.2010 dalam buku gita: 2009
Ganong,f.william.2002.buku ajar fisiologi kedokteran.jakarta : ed.20.EGC jakarta
  https : //inayahqalem.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar