background

Senin, 18 April 2016

materi anfisman palpasi dan tekanan darah



 Palpasi dan tekanan darah

             
          Denyut nadi dan tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan pengukuran kolesterol dalam darah – yakni dengan mengukur rasio LDL atau kolesterol jahat terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini digunakan untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem kardiovaskular. Pemeriksaan ini  menggunakan instrumen komputer yang canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan , kaki, tungkai, lengan dan leher (Sanif, 2008).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006).
Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya  darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah  (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg)masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV – ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981).
    Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan  pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah  dan tidak ada gelombang pulsa yang  bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.
Aliran  darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan  mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran laminar  dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri brachialis.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.




Puisi

Kebimbangan


Allahku,,,
awalnya memang aku tak mengerti,
dan dengan segala kepriodean zaman,
akupun ingin mengetahui,
selangkah demi langkah,,
dan
akhirnya akupun ingin memundurkan diri,
dari segala keingintauan itu,
merasa risih,atau memang
mungkin karena lingkungan dari kecilku,,
Allahku,,,
aku merasa bimbang dengan segala perasaan yang trlalu brkecamuk,
perasaan yang entah,
mungkin ini terlalu kuper bagi dunia luar,
tapi entahlah,,
yang jelas,
aku masih menikmati kehidupanku yang dulu,
kehidupan yang menuntun untuk slalu mengingat Engkau,
aku merindukan itu,,
mungkin belum seberapa aku bisa mencintaiMu
yang jelas,aku merasa nyaman...
Kau tempat curahan hati yang tak akan pernah sekalipun membocorkannya,
dan aku...sangat,sangat merasakan kenyamanan itu,
disaat sepertiga malamMu,ya diwaktu itulah aku merasa,
waktu yang sangat tepat,untuk mengajukan semua proposal proposal kehidupanku...
dan kini,,,
saatnya bertarung untuk melawan rasa rasa kebimbanganku,
melawan kehidupan luar yang nyata,
mengarungi segala problem kehidupan yang lebih  factual,

dan lebih tepatnya,

mencari jati diri ini...
Allahku...
saat cinta terahadap hablumminannas itu datang,
aku tak tau mana yang harus aku perbuat,
jalan apa yang harus aku sikapi,
dan ungkapan apa yang harus aku ucapkan,
ditengah kebimbangan itu...mungkin aku harus 
memilih hablumminallah ku diperbaiki dulu
agar hablumminannasku diiringi keridhoanMu
dengan iringan ayat ayat Mu,
bismillah...
i'm sure can do it  :)

Pemeriksaan Visus

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
PEMERIKSAAN VISUS

 

 

DOSEN PEMBIMBING :
LUKMAN SUPRIYANTO,S.FARM.,Apt,M.H
DISUSUN OLEH :
NAMA : Muthmainah
NPM : 1115003261

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
                                                          2016
                                       

                                  Pemeriksaan Visus

I.tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan dan perhitungan visus

II.Dasar teori
Visus (ketjamn penglihatan) adalah ukuran berapa jauh dan detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata.sehingga visus dapat disebut sebagai fisiologi mata yang paling penting.ketajaman penglihatan didasarkan pada prinip tentang adanya daya pisah minimumyaitu jarak yang paling kecil antra 2 garis yang masih mungkin dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2 garis.  (Muniati dkk.2010)
   Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi,seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas,titik ini merupakan titik didalam ruang yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat.pada emetropia,pungtum remotum terletak didepan mata (ilyas,2004 dalam gita.2009)
    Ada 2 macam visus yaitu :
1.visus contraksi/centralis
a.visus centralis jauh :ketajaman penglihatan untuk melihat benda yang jauh letaknya.disini mata tidak mngatakan akomodasi ,benda sinar sudah dapat jatuh pada reina/fovea centralis

b.visus centralis dekat :ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yng dekat.misal : membaca,menjahit
Disini , mata berakomodasi supaya bayangan benda yang dilihat jatuh pada retina.
2.visus perifer
Diperiksa dengan perimeter.
Yang penting dari visus perimeter ini adalah luasnya penglihatan.fungsi’’visus perifer adalah :
-orientasi : kemampuan untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya
-pertahanan tubuh : misalnya kita melihat ular yang menggigit kita,kita melihatnya.
Secara klinik kelainan refraksi adalah akibat kerusakan ada akomodasi visual, entah itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa. Kelainan refraksi yang sering dihadapi sehari-hari adalah miopia, hipermetropia, presbiopia, dan astigmatisma.
a)    Miopi
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Miopia tampak bersifat genetika, tetapi pengalaman penglihatan abnormal seperti kerja dekat berlebihan dapat mempercepat perkembangannya. Cacat ini dapat dikoreksi dengan kacamata lensa bikonkaf (lensa cekung), yang membuat sinar cahaya sejajar berdivergensi sedikit sebelum ia mengenai mata (Ganong, 2002).
b)   Hipermetropia
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan estropia atau juling ke dalam (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Cacat ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata lensa cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam memperpendek jarak fokus (Ganong, 2002)
c)  Astigmatisma
Kelainan refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur disebut astigmatisma. Pada penderita astigmatisma, sistem optik yang astigmatismatik menimbulkan perbesaran atas satu objek dalam berbagai arah yang berbeda. Satu titik cahaya yang coba difokuskan, akan terlihat sebagai satu garis kabur yang panjang. Mata yang astigmatisma memiliki kornea yang bulat telur, bukannya seperti kornea biasa yang bulat sferik. Kornea yang bulat telur memiliki lengkung (meridian) yang tidak sama akan memfokus satu titik cahaya atau satu objek pada dua tempat, jauh dan dekat. Lensa yang digunakan untuk mengatasi astigmatisma adalah lensa silinder. Tetapi pada umumnya, di samping lensa silinder ini, orang yang astigmatisma membutuhkan juga lensa sferik plus atau minus yang dipasang sesuai dengan porosnya (Youngson, 1995 dalam Gita, 2009).
“presbiopi” ini fisiologis.jadi,tidak termasuk anomaly refraksi.pada umur 40 th,daya presbiopi 1D,setiap tambah lagi 10 th tambah 1D.maksimal 3D karena jarak baca 30cm (D=1/f meter).
Rumus perhitungan visus =
V = d/D
Keterangan :
V = visus
d = jarak optotype dengan probandus
D = angka disamping deretan huruf pada optotype yang terkecil yang masih bisa dibaca probandus (Anonim.2016)

III. Alat dan Bahan
1.Alat :
a.optotype snellen
b. pulpen
c.buku/kertas catatan
d. penggaris
2.bahan
a.probandus (10 probandus)



IV. Cara kerja
1.siapkan optotype snellen dan probandus
2.probandus duduk pada jarak 6m dari optotype
3.mata probandus diperiksa satu persatu ,mata yang tidak diperiksa ditutup.
4.kemudian pemeriksa menunjuk uruf huruf pada deretan yang       paling atas pada optotype snellen
5.pemeriksa menunjuk huruf huruf pada optotype snellen semakin kebawah,sampai probandus tidak dapat membaca lagi.
6.catat hasil pemeriksaan visus


No.
Probandus
(kelamin)
Usia
(th)
Jarak
(d)
Jarak huruf
kiri
Jarak huruf
(kanan)
Visus
Mata
kanan
Visus
Mata
kiri
keterangan
1
Probandus I (Pr)
18
6m
15
20
6/15
6/20
Normal
2
Probandus II (pr)
18
6m
120
120
6/120
6/120
Miopi
3
Probandus III (lk)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal
4
Probandus IV (pr)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal
5
Probandus V (pr)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal
6
Probandus VI (pr)
19
6m
20
25
6/20
6/25
Kanan = normal,kiri = miopi
7
Probandus VII (pr)
18
6m
20
20
6/20
6/20
Normal
8
Probandus VIII (pr)
22
6m
20
25
6/20
6/25
Kanan = normal
Kiri = miopi
9
Probandus IX (pr)
19
6m
15
15
6/15
6/15
Normal


Keterangan : D dari 20-15 masih dikatakan normal
                    D dari 25-200 dikatakan miopi
Pr = perempuan
Lk = laki laki



VI. pembahasan
   Pada praktikum kali ini melakukan tes visus (ketajamn penglihatan) yang berarti ukuran,berapa jauh,dan detail suatu benda dapat tertangkap oleh mata. (muniati,dkk.2010)
          Dalam praktikum in disiapkan 9 probandus dengan usia dan jenis kelamin yang berbeda,agar data yang dihasilkan bervarian.sehingga dapat membedakan anatra yang normal dan tidak.faktor dari berkurangnya ketajaman penglihatan itu sendiri antara lain :
Waktu papar,umur/usia seseorang,karena kuat penerangan atau pencahayaan nya serta karena kelainan refraksi.
     Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan menggunakan optotype snellen yaitu sebuah ukuran kuantitatif .suatu kemampuan untuk mengidentifikasi simbol simbol yang berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak jarak yang telah distandarisasi serta ukuran yang bervariasi.ini adalah pengukuran funsi visual yang tersering digunakan dalam klinik.
Optotype snellen ini terdiri atas deretan huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar.huruf yang teratas adalah yang paling besar dan makin kebawah semakin kecil.
     Pemeriksaan visus ini mula mula probandus diperkenankan untuk duduk dengan jarak 6m dari optotype snellen.kemudian probandus menutup salah satu matanya yang tidak diperiksa.karna pemeriksaan ini dilakukan satu  persatu mata secara bergantian.pemeriksa menunjuk deretan huruf huruf pada optotype snellen dari atas sampai kebawah sampai probandus tidak dapat melihat lagi huruf tersebut.
     Probandus harus membaca pada jarak 6m,karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadadn beristirahat dan tanpa akomodasi.dan ada jarak 6m nilah mata normal mampu menangkap bayangan benda agar jatuh tepat pada retina mata.
     Pada praktikum ini probandus I,III,IV,V,VII.&IX visusnya dinyatakan normal.pada probandus II visusnya dnyatakan miopi dan pada probandus VII dan VII pada mata sebelah kananny normalteteapi pada mata kirinya miopi.
     Pada jarak huruf (D) 20-15 probandus dinyatakan normal,tetapi pada jarak huruf (D) dari 25-200 dinyatak miopi.
Cara mengatasi miopi seseorang dapat menggunakan kaca mata lensa cekung (kaca mata minus)yang akan membantu mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina.


VII.kesimpulan
     Maka,berdasarkan pemerisaan hasil visus menggunakan optype snellen ini,probandus I,II,IV,V,VII,dan IX dinyatakan normal.
Probandus II dinyatakan miopi dan probandus VI,dan VII dinyatakan mata kanannya normal sedangkan mata kirinya miopi.


   VIII. Daftar pustaka
Anonim.2016.buku petunjuk praktikum.universitas pekalongan:pekalongan
Edi.S.affandi.2010 dalam buku gita: 2009
Ganong,f.william.2002.buku ajar fisiologi kedokteran.jakarta : ed.20.EGC jakarta
  https : //inayahqalem.blogspot.com