miss you so much sahabat"ku.... :*
mutma
background
Kamis, 19 Mei 2016
Selasa, 10 Mei 2016
about tutorial hijab
bahagia itu simple guys,
bagiku bahagia itu selagi kita masih bisa melakukan yng bisa bermanfaat bagi orang lain...
well...
its my video,
about tutorial hijab,
dengan menggunakan pencahayaan ala kadarnya dibantu dengan sinar lampu karena video ini di ambil pada malam hari,jadi ya gini...maafkan ,,xixixixi ^-^
video ini berisi tentang tutorial hijab ala kadarnya,yang mungkin bisa digunakan untuk acara resmi seperti wisuda,atau untuk acara nikahan..dengan model peraga kaka saya,yaitu ka fatiya,
yups
semoga video ini dapat sedikit membantu tata cara hijab munkin bagi yang masih bingung untuk persiapan acara" resmi,
semoga bermanfaat....
jangan lupa like and comment nya :) ,
kami tunggu dengan senang hati saran dari kalian,
salam bahagia,
wassalamualaikum... :)
Senin, 18 April 2016
materi anfisman palpasi dan tekanan darah
Palpasi dan tekanan darah
Denyut nadi dan tekanan darah merupakan
faktor-faktor yang dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler seseorang. Selain dua hal tersebut, biasanya dapat dilakukan
pengukuran kolesterol dalam darah – yakni dengan mengukur rasio LDL atau
kolesterol jahat terhadap HDL atau kolesterol baik; serta tes doppler. Tes ini
digunakan untuk menentukan seberapa baik sirkulasi darah ke seluruh sistem
kardiovaskular. Pemeriksaan ini menggunakan instrumen komputer yang
canggih untuk mengukur secara akurat tekanan darah atau voleme darah, yang
mengalir ke seluruh sistem sirkulasi, termasuk tangan , kaki, tungkai, lengan
dan leher (Sanif, 2008).
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan
frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana,
biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan
meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari; sedangkan
pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan
mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003).
Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat
dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri
carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea,
arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006).
Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan
didorongnya darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri
berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan relaksasi arteri
bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya
darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat
mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate
(Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada
sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat
dipalpasi dengan mudah; dan pada titik ini pula biasanya apical pulse
diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan stetoskop.
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh
darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini
harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah
dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi
jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah diperoleh dalam pengukuran, yakni
tekanan sistole dan diastole.
Sistole dan diastole merupakan dua periode yang
menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi relaksasi, yakni saat
jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi atau
sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),
1. Pengisian ventrikel (ventricular filling)
Adalah fase diastolik, saat ventrikel mengembang
dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel
terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat,
diikuti dengan pengisian yang lebih lambat (diastasis), hingga kemudian
proses diakhiri dengan sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV (End
Diastolic Volume), yang merupakan volume darah total yang mengisi tiap
ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.
2. Kontraksi isovolumetrik (isovolumetric
contraction)
Mulai fase ini, atria repolarisasi, dan berada
dalam kondisi diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami
depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam,
namun darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada
aorta (80 mmHg) dan pulmonary trunk (10 mmHg)masih lebih tinggi
dibandingkan tekanan ventrikel, serta masih menutupnya keempat katup jantung.
Dalam fase ini, volume darah dalam ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan
isovolumetrik.
3. Pompa ventrikuler (ventricular ejection)
Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan
dalam ventrikel melampaui tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka.
Harga tekanan puncak adalah 120 mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada
ventrikel kanan. Darah yang keluar jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke
Volume (SV), yang besarnya sekitar 54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal
disebut End Systolic Volume (ESV); dengan demikian SV = EDV – ESV.
4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric
relaxation)
Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai
terjadinya repolarisasi. Fase ini juga disebut sebagai fase isovolumetrik,
karena katup AV belum terbuka dan ventrikel belum menerima darah dari atria.
Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah
tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam
pembuluh tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah
tekanan terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh
hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole,
ini yang disebut dengan blood pressure amplitude atau pulse pressure
(Stegemann, 1981).
Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang
berisi kantong karet tiup.
Ketika manset diikatkan pada lengan,
inflasi dari kantong karet memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong
karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi,
arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba
di arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu
titik akan tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan
pada jaringan sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi
menjadi teraba dan tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah
ukuran dari nadi puncak atau tekanan sistolik.
Aliran darah mengalir melalui arteri di
bawah manset dengan cepat dan mempercepat kolom darah di cabang arteri
perifer, menghasilkan turbulensi dan suara khas, yang dapat didengar melalui
stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan
antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka
selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset
juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras.
Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang nadi,
arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam
karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa
tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali
sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer,
1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah
disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang ditimbulkan karena
turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi parsial dari arteri
brachialis.
Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan
tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis
kelamin, umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.
Puisi

Allahku,,,
awalnya memang aku tak mengerti,
dan dengan segala kepriodean zaman,
akupun ingin mengetahui,
selangkah demi langkah,,
dan
akhirnya akupun ingin memundurkan diri,
dari segala keingintauan itu,
merasa risih,atau memang
mungkin karena lingkungan dari kecilku,,
Allahku,,,
aku merasa bimbang dengan segala perasaan yang trlalu brkecamuk,
perasaan yang entah,
mungkin ini terlalu kuper bagi dunia luar,
tapi entahlah,,
yang jelas,
aku masih menikmati kehidupanku yang dulu,
kehidupan yang menuntun untuk slalu mengingat Engkau,
aku merindukan itu,,
mungkin belum seberapa aku bisa mencintaiMu
yang jelas,aku merasa nyaman...
Kau tempat curahan hati yang tak akan pernah sekalipun membocorkannya,
dan aku...sangat,sangat merasakan kenyamanan itu,
disaat sepertiga malamMu,ya diwaktu itulah aku merasa,
waktu yang sangat tepat,untuk mengajukan semua proposal proposal kehidupanku...
dan kini,,,
saatnya bertarung untuk melawan rasa rasa kebimbanganku,
melawan kehidupan luar yang nyata,
mengarungi segala problem kehidupan yang lebih factual,
dan lebih tepatnya,
mencari jati diri ini...
Allahku...
saat cinta terahadap hablumminannas itu datang,
aku tak tau mana yang harus aku perbuat,
jalan apa yang harus aku sikapi,
dan ungkapan apa yang harus aku ucapkan,
ditengah kebimbangan itu...mungkin aku harus
memilih hablumminallah ku diperbaiki dulu
agar hablumminannasku diiringi keridhoanMu
dengan iringan ayat ayat Mu,
bismillah...
i'm sure can do it :)
Pemeriksaan Visus
LAPORAN
PRAKTIKUM
ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA
PEMERIKSAAN
VISUS
DOSEN PEMBIMBING :
LUKMAN SUPRIYANTO,S.FARM.,Apt,M.H
DISUSUN OLEH :
NAMA : Muthmainah
NPM : 1115003261
LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2016
Pemeriksaan
Visus
I.tujuan
Mahasiswa
dapat mengetahui cara pemeriksaan dan perhitungan visus
II.Dasar
teori
Visus
(ketjamn penglihatan) adalah ukuran berapa jauh dan detail suatu benda dapat
tertangkap oleh mata.sehingga visus dapat disebut sebagai fisiologi mata yang
paling penting.ketajaman penglihatan didasarkan pada prinip tentang adanya daya
pisah minimumyaitu jarak yang paling kecil antra 2 garis yang masih mungkin
dipisahkan dan dapat ditangkap sebagai 2 garis. (Muniati dkk.2010)
Dikenal beberapa titik di dalam bidang
refraksi,seperti pungtum proksimum merupakan titik terdekat dimana seseorang
masih dapat melihat dengan jelas,titik ini merupakan titik didalam ruang yang
berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat.pada emetropia,pungtum
remotum terletak didepan mata (ilyas,2004 dalam gita.2009)
Ada 2 macam visus yaitu :
1.visus
contraksi/centralis
a.visus
centralis jauh :ketajaman penglihatan untuk melihat benda yang jauh
letaknya.disini mata tidak mngatakan akomodasi ,benda sinar sudah dapat jatuh
pada reina/fovea centralis
b.visus
centralis dekat :ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yng
dekat.misal : membaca,menjahit
Disini
, mata berakomodasi supaya bayangan benda yang dilihat jatuh pada retina.
2.visus
perifer
Diperiksa
dengan perimeter.
Yang
penting dari visus perimeter ini adalah luasnya penglihatan.fungsi’’visus
perifer adalah :
-orientasi
: kemampuan untuk mengenal tempat suatu benda terhadap sekitarnya
-pertahanan
tubuh : misalnya kita melihat ular yang menggigit kita,kita melihatnya.
Secara
klinik kelainan refraksi adalah akibat kerusakan ada akomodasi visual, entah
itu sebagai akibat perubahan biji mata, maupun kelainan pada lensa. Kelainan
refraksi yang sering dihadapi sehari-hari adalah miopia, hipermetropia,
presbiopia, dan astigmatisma.
a) Miopi
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Miopia tampak bersifat genetika, tetapi pengalaman penglihatan abnormal seperti kerja dekat berlebihan dapat mempercepat perkembangannya. Cacat ini dapat dikoreksi dengan kacamata lensa bikonkaf (lensa cekung), yang membuat sinar cahaya sejajar berdivergensi sedikit sebelum ia mengenai mata (Ganong, 2002).
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengeryitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Miopia tampak bersifat genetika, tetapi pengalaman penglihatan abnormal seperti kerja dekat berlebihan dapat mempercepat perkembangannya. Cacat ini dapat dikoreksi dengan kacamata lensa bikonkaf (lensa cekung), yang membuat sinar cahaya sejajar berdivergensi sedikit sebelum ia mengenai mata (Ganong, 2002).
b) Hipermetropia
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan estropia atau juling ke dalam (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Cacat ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata lensa cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam memperpendek jarak fokus (Ganong, 2002)
Hipermetropia atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan estropia atau juling ke dalam (Ilyas, 2004 dalam Gita, 2009). Cacat ini dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata lensa cembung, yang membantu kekuatan refraksi mata dalam memperpendek jarak fokus (Ganong, 2002)
c) Astigmatisma
Kelainan refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur disebut astigmatisma. Pada penderita astigmatisma, sistem optik yang astigmatismatik menimbulkan perbesaran atas satu objek dalam berbagai arah yang berbeda. Satu titik cahaya yang coba difokuskan, akan terlihat sebagai satu garis kabur yang panjang. Mata yang astigmatisma memiliki kornea yang bulat telur, bukannya seperti kornea biasa yang bulat sferik. Kornea yang bulat telur memiliki lengkung (meridian) yang tidak sama akan memfokus satu titik cahaya atau satu objek pada dua tempat, jauh dan dekat. Lensa yang digunakan untuk mengatasi astigmatisma adalah lensa silinder. Tetapi pada umumnya, di samping lensa silinder ini, orang yang astigmatisma membutuhkan juga lensa sferik plus atau minus yang dipasang sesuai dengan porosnya (Youngson, 1995 dalam Gita, 2009).
Kelainan refraksi karena kelengkungan kornea yang tidak teratur disebut astigmatisma. Pada penderita astigmatisma, sistem optik yang astigmatismatik menimbulkan perbesaran atas satu objek dalam berbagai arah yang berbeda. Satu titik cahaya yang coba difokuskan, akan terlihat sebagai satu garis kabur yang panjang. Mata yang astigmatisma memiliki kornea yang bulat telur, bukannya seperti kornea biasa yang bulat sferik. Kornea yang bulat telur memiliki lengkung (meridian) yang tidak sama akan memfokus satu titik cahaya atau satu objek pada dua tempat, jauh dan dekat. Lensa yang digunakan untuk mengatasi astigmatisma adalah lensa silinder. Tetapi pada umumnya, di samping lensa silinder ini, orang yang astigmatisma membutuhkan juga lensa sferik plus atau minus yang dipasang sesuai dengan porosnya (Youngson, 1995 dalam Gita, 2009).
“presbiopi”
ini fisiologis.jadi,tidak termasuk anomaly refraksi.pada umur 40 th,daya presbiopi
1D,setiap tambah lagi 10 th tambah 1D.maksimal 3D karena jarak baca 30cm (D=1/f
meter).
Rumus
perhitungan visus =
V =
d/D
Keterangan
:
V =
visus
d =
jarak optotype dengan probandus
D =
angka disamping deretan huruf pada optotype yang terkecil yang masih bisa
dibaca probandus (Anonim.2016)
III.
Alat dan Bahan
1.Alat
:
a.optotype
snellen
b.
pulpen
c.buku/kertas
catatan
d.
penggaris
2.bahan
a.probandus
(10 probandus)
IV.
Cara kerja
1.siapkan
optotype snellen dan probandus
2.probandus
duduk pada jarak 6m dari optotype
3.mata
probandus diperiksa satu persatu ,mata yang tidak diperiksa ditutup.
4.kemudian
pemeriksa menunjuk uruf huruf pada deretan yang paling atas pada optotype snellen
5.pemeriksa
menunjuk huruf huruf pada optotype snellen semakin kebawah,sampai probandus
tidak dapat membaca lagi.
6.catat
hasil pemeriksaan visus
No.
|
Probandus
(kelamin)
|
Usia
(th)
|
Jarak
(d)
|
Jarak huruf
kiri
|
Jarak huruf
(kanan)
|
Visus
Mata
kanan
|
Visus
Mata
kiri
|
keterangan
|
1
|
Probandus I (Pr)
|
18
|
6m
|
15
|
20
|
6/15
|
6/20
|
Normal
|
2
|
Probandus II (pr)
|
18
|
6m
|
120
|
120
|
6/120
|
6/120
|
Miopi
|
3
|
Probandus III (lk)
|
19
|
6m
|
15
|
15
|
6/15
|
6/15
|
Normal
|
4
|
Probandus IV (pr)
|
19
|
6m
|
15
|
15
|
6/15
|
6/15
|
Normal
|
5
|
Probandus V (pr)
|
19
|
6m
|
15
|
15
|
6/15
|
6/15
|
Normal
|
6
|
Probandus VI (pr)
|
19
|
6m
|
20
|
25
|
6/20
|
6/25
|
Kanan = normal,kiri = miopi
|
7
|
Probandus VII (pr)
|
18
|
6m
|
20
|
20
|
6/20
|
6/20
|
Normal
|
8
|
Probandus VIII (pr)
|
22
|
6m
|
20
|
25
|
6/20
|
6/25
|
Kanan = normal
Kiri = miopi
|
9
|
Probandus IX (pr)
|
19
|
6m
|
15
|
15
|
6/15
|
6/15
|
Normal
|
Keterangan
: D dari 20-15 masih dikatakan normal
D
dari 25-200 dikatakan miopi
Pr =
perempuan
Lk =
laki laki
VI.
pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan tes visus
(ketajamn penglihatan) yang berarti ukuran,berapa jauh,dan detail suatu benda
dapat tertangkap oleh mata. (muniati,dkk.2010)
Dalam
praktikum in disiapkan 9 probandus dengan usia dan jenis kelamin yang
berbeda,agar data yang dihasilkan bervarian.sehingga dapat membedakan anatra
yang normal dan tidak.faktor dari berkurangnya ketajaman penglihatan itu
sendiri antara lain :
Waktu
papar,umur/usia seseorang,karena kuat penerangan atau pencahayaan nya serta
karena kelainan refraksi.
Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan
dengan menggunakan optotype snellen yaitu sebuah ukuran kuantitatif .suatu
kemampuan untuk mengidentifikasi simbol simbol yang berwarna hitam dengan latar
belakang putih dengan jarak jarak yang telah distandarisasi serta ukuran yang
bervariasi.ini adalah pengukuran funsi visual yang tersering digunakan dalam
klinik.
Optotype
snellen ini terdiri atas deretan huruf dengan ukuran yang berbeda dan
bertingkat serta disusun dalam baris mendatar.huruf yang teratas adalah yang
paling besar dan makin kebawah semakin kecil.
Pemeriksaan visus ini mula mula probandus
diperkenankan untuk duduk dengan jarak 6m dari optotype snellen.kemudian
probandus menutup salah satu matanya yang tidak diperiksa.karna pemeriksaan ini
dilakukan satu persatu mata secara
bergantian.pemeriksa menunjuk deretan huruf huruf pada optotype snellen dari
atas sampai kebawah sampai probandus tidak dapat melihat lagi huruf tersebut.
Probandus harus membaca pada jarak
6m,karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadadn beristirahat dan
tanpa akomodasi.dan ada jarak 6m nilah mata normal mampu menangkap bayangan
benda agar jatuh tepat pada retina mata.
Pada praktikum ini probandus
I,III,IV,V,VII.&IX visusnya dinyatakan normal.pada probandus II visusnya
dnyatakan miopi dan pada probandus VII dan VII pada mata sebelah kananny
normalteteapi pada mata kirinya miopi.
Pada jarak huruf (D) 20-15 probandus
dinyatakan normal,tetapi pada jarak huruf (D) dari 25-200 dinyatak miopi.
Cara
mengatasi miopi seseorang dapat menggunakan kaca mata lensa cekung (kaca mata
minus)yang akan membantu mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina.
VII.kesimpulan
Maka,berdasarkan pemerisaan hasil visus
menggunakan optype snellen ini,probandus I,II,IV,V,VII,dan IX dinyatakan
normal.
Probandus II
dinyatakan miopi dan probandus VI,dan VII dinyatakan mata kanannya normal
sedangkan mata kirinya miopi.
VIII. Daftar pustaka
Anonim.2016.buku
petunjuk praktikum.universitas pekalongan:pekalongan
Edi.S.affandi.2010
dalam buku gita: 2009
Ganong,f.william.2002.buku
ajar fisiologi kedokteran.jakarta : ed.20.EGC jakarta
https : //inayahqalem.blogspot.com
Langganan:
Postingan (Atom)